Rasisme adalah hal yang lumrah bagi umat manusia, karena manusia mempunyai sifat iri dan dengki terhadap satu sama lain, namun rasisme yang melampaui batas akan dapat memperburuk keadaan seperti yang terjadi pada Afrika Selatan pada era apartheid dan Amerika serikat di era perbudkan dimana masyarakat kulit putih waktu itu menganggap bahwa orang kulit hitam adalah budak dan penyebab masalah di muka bumi. Namun seiring dengan waktu orang-orang kulit hitam mampu membuktikan dirinya mampu untuk memimpin diantara orang-orang yang mayoritas bukan kulit hitam.
Berikut ulasanya:
Muhammad Anwar Al-Sadat
Adalah seorang presiden dari Republik Mesir pada 20 Oktober
1970 hingga kematiannya tanggal 6 Oktober 1981 yang sebelumnya menjabat wakil
presiden di era Gamal Abdul Nasir dan juga perwira militer Anglo-Egyptian yang
berpartisipasi dalam perang Arab-Israel tahun 1948 dan kudeta militer 1956 yang
menggulingkan Raja Faroukh yang diduga sang raja mengalami penyakit mental. Ia
adalah salah satu contoh presiden dari kalangan kulit hitam yang cukup ditakuti
dan dibenci rakyatnya karena mengadopsi sistem sekularisme pan-Arabisme yang
beryakinan bahwa kemajuan bangsa Arab hanya akan diwujudkan dengan cara
memisahkan agama dan Negara. Walaupun dalam prakteknya tidak se-ekstrem yang
dilakukan Mustafa Kemal dari Turki, karena budaya-budaya Islam masih
terpelihara, walaupun di bagian lain negeri Mesir orang dapat dengan mudahnya
menemukan penjual minuman keras, pelacuran dan kasino yang tetap diperbolehkan
oleh rezim Al-Sadat.
Dari sisi etnis, orang Arab bersikap masa bodoh dengan latar
belakng Sadat yang merupakan keturunan Negro-Sudan, apalagi ditengah kebanggaan
rakyat Mesir dengan Gamal Abdul Nasir yang waktu itu wakil presiden adalah
dirinya. Tahun-tahun pertamanya dirinya “diguyur” dengan pujian dari warga
Mesir karena Ia dan pasukannya berangkat dan bertempur melawan Zionis Israel
yang merupakan musuh bangsa Arab hingga sekarang. Walaupun tidak mendapat
kemenangan, namun kepercayaan rakyat terhadapnya belum sepenuhnya pudar karana
rezim ini mampu menembalikan semangat tempur pasukan mesir yang rubuh akibat
six day-war yang merenggut ribuan tentara Mesir waktu itu. Barulah pada
tahun--- kepercayaan rakyat terhadapnya mulai pudar akibat meneken perjanjian
damai dengan musuh abadi mereka yaitu Israel walaupun dengan perjanjian itu
Mesir mendapat keuntungan yaitu kembalinya Semenanjung Sinai yang direbut
Israel dan ditambah lagi dengan ulahnya yang menangkap, menyiksa dan membunuh
aktivis Islam Ikhwanul Muslimin yang hanya mengadakan aksinya dengan jalan
damai, apalagi menjelang kematiannya barulah terungkap alasan sebenarnya dari
perang Yom Kippur tahun 1973 melawan Israel adalah alat untuk mengalihkan
perhatian publik dari kasus korosi yang menggerogoti sistem pemerintahannya
waktu itu.
Tank dalam Perang Yom Kippur 1973 (sumber) |
Kematian
Ia akahirnya tewas dibunuh saat peringatan 8 tahun perang
Yom Kippur yang dihadiri oleh para pejabat Mesir dan Israel pada tahun 1981. Ia dibunuh
oleh anggota Jihad Islam sebagai balas dendam atas apa yang dilakukannya
terhadap aktivis islam selama Ia berkuasa dengan cara menembaknya hingga tewas.
Diduga, aktivis tersebut berhasil masuk ke dalam acara tersebut masuk karena menyamar sebagai militer yang sedang berparade. Posisinya pada
saat itu langsung digantikan oleh wakilnya yaitu Husni Mubarak.
Abdullah Al-Thinni
Abdulah Al-Thinni |
Abdullah Al-Tsinni adalah seorang perdana mentri Libya sejak
11 Maret 2014 hingga sekarang. Adalah mantan perwira militer yang kini menjadi
Perdana Mentri kalangan liberal Libya
yang berbasis di Tobruk. sebelumnya aktivitasnya kurang menonjol dalam revolusi
Libya tahun 2011 ketimbang pensiunan Jendral Khalifa Haftar yang kini menjadi
kompatriotnya di kalangan liberal dan Omar Al-Hassi yang kini jadi musuhnya
yang berasal dari kubu GNC menguasai ibukota Tripoli. Ia bisa dibilang senasib
dengan Al-Sadat karena haluan sekularismenya sama dan sama-sama memerangi
Ikhwanul muslimin di Libya.
Perannya yang kurang kelihatan dalam revolusi 2011 membuat
masyarakat Libya sendiri kurang mengetahui seperti apa sosok perdana menteri
mereka yang baru dan membuatnya kurang mendapat simpati dari lawan politiknya,
apalagi waktu pemilihan umum di Libya tahun 2014 Ia terindikasi memenangkan
pemilu dengan cara tidak sah, karena hanya sekitar 20 persen rakyat Libya yang
menyaurkan aspirasi mereka pada waktu itu sehingga memunculkan ketidaksukaan
dari lawan politiknya yang akhirnya membentuk pemerintahan sendiri yang disebut
dengan New General National Congress (NGNC) lengkap dengan sayap militernya
yaitu Fajr Libya atau Libya Dawn yang merupakan gabungan dari beberapa milisi
yang berhaluan islam yang bertujuan untuk menegakkan syariat islam di Libya
seperti undang-undang yang telah di rumuskan oleh GNC sebelumnya dan menolak
hasil pemilu yang akhirnya dimenangkan oleh Al Thini yang berhaluan liberal.
Peranng Sipil Libya
Khalifa Haftar |
NGNC yang merasa bahwa mereka masih berhak memimpin Libya
mencoba merebut ibukota Tripoli pada September 2014 dan berhasil mengusir
pemerintahn Al-Thini untuk pergi ke Tobruk di timur Libya karena Libya Dawn dan
sekutunya berhasil merebut Tripoli dan daerah di sekitarnya yang belum ditambah
lagi dengan penguasaan ISIS di Sirte dan diperburuk dengan penuasaan Anshar
Al-syariah Libya di kota terbesar kedua di Libya yaitu Benghazi. Nah apakah
Al-Thini mampu untuk mengembalikan keamanan Libya seperti dulu yang kini Ia
bersama dengan pensiunan jenderal era Khadafi yaitu Khalifa Haftar, atau
Al-Thini akan bernasib seperti Anwar Sadat yang tewas di tangan kelompok
Islam?, kita tunggu saja.
Sebenarnya ada Barack Obama di Amerika yang menjadi presiden
kulit hitam pertama di negeri itu. Namun, saya lebih memilih mereka karena
mereka tidak disukai bukan karena warna kulit mereka, melainkan karena
kebijakan mereka yang kontroversial dan bertentangan dengan rakyatnya. Dan ada
juga Sultan Qaboos dari Oman dan para presiden Sudan. Namun tidak diketahui
apakah penduduk Sudan ataupun Oman merupakan Negro-Arab atau tidak. Karena di
situs Wikipedia hanya ditulis “Arab” saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar